Dalam
bayang-bayang kisah ini dengan seluruh episodenya dalam masalah tempat kembali
umat yang baik dan golongan yang buruk, Allah membuat perumpamaan kalimat yang
baik dan kalimat yang buruk, untuk menggambarkan sunnah-Nya yang berlaku pada
yang baik dan yang buruk dalam kehidupan ini. Sehingga, hal itu sebgai penutup
(kata akhir) semacam komentar si penutur cerita atas kisah yang (dipentaskan)
setelah di tutupnya layar.
Arab
dan artinya,,,,,,
Sesunggunya
pagelaran kalimat yang baik itu bagaikan pohonyang baik, akarnya kokoh (di
bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit. Sedangkan, pagelaran kalimat yang
buruk itu bagaikan pohon yang buruk, yang di cabut dengan akar-akarnya dari
permukaan bumi; tiada dapat tegak sedikit pun. Itu adalah sebuah pagelaran yang
diambil dari, (1) iklim (suasana) konteks ayat, (2) kisah para nabi dan orang
yang pendusta, dan (3) secara (khusus) dari tempat kembali dari mereka. Pohon
kenabian disini (dimana sosok Ibrahim-bapak para nabi-tampak jelas padanya)
memberikan buahnya pada setiap musim, sebagai makanan yang lezat. Seorang nabi
dari para nabi, yang membuahkan keimanan, kebajikan dan kehidupan bermakna.
Akan
tetapi, perumpamaan itu (pascakeserasiannya dengan iklim surah dan suasana
kisah) lebih jauh cakrawalanya dari sekedar keserasian ini, lebih jelas
jangkaunya dan lebih dalam hakikatnya.
Sesunggunya
kalimat yang baik itu (kalimat kokoh, tinggi dan berbuah). (1) kokoh tidak
tergoyahkan oleh angin topan, tidak tertiup oleh angin kebathilan dan tidak
mampu di dongkel oleh kedzaliman, meskipun terbayangkan oleh sementara orang
bahwa pohon itu rawan terancam bahaya yang membinasakannya pada beberapa
situasi. (2) tinggi menjulang mampu
mengintai dan menjangkau keburukan, kedzaliman dan kesewang-wenangan dari atas,
meskipun terkadang terbayangkan oleh sementara orang bahwa kejahatan mempu
mendesaknya ke ruang angkasa. (3) berbuah dengan tiada putus-putusnya, karena biji-bijinya
tumbuh dalam jiwa yang semakin menadi banyak dari waktu ke waktu.
Sedangkan,
kalimat yang buruk itu (kalimat kebathilan) seperti pohon yang buruk, yang
terkadang kekeringan, brgoyang sana sini, dan berbengkok-bengkok tak karuan.
Sebagia manusia menyangkah bahwa pohon itu leih besar dan lebih kuat dari pada
pohon yang baik, padahal ia selalu kacau lagi rapuh dan biji-bijinya tertanam
dangkal dalam tanah. Sehingga, ia seakan-akan tertanam di permukaan bumi. Pohon
itu tiada lain kecuali kesemtaraan saja. Kemudian tercabut dengan akar-akarnya
ke permukaan bumi, sehinga, tiada tegak dan tetap sedikitpun.
Hal
itu bukanlah semata perumpamaan, dan bukan pula semata untuk menghibur dan memotivasi orang-orang yang baik. Tetapi,
itu adalah realita dalam kehidupan, meskipun mungkin pada beberapa kesempatan
lamban terwujudnya.
Kebajikan
yang orisinil tidak akan mati dan layu, betapapun keburukan mendesaknya dan jalan
merintanginya. Demikian halnya, keburukan tidak hidup, kecuali tatkala bisa menghancurkan
kebaikan yang mencampurinya. Sehingga, sedikit sekali keburukan yang murni. Tatkala
keburukan bisa menghansurka kebaikan yang tercampurinya, maka tiadalah
sedikitpun sekali di dalamnya dari kebaikan itu. Keburukan akan binasa dan
hancur betapa besar dan kuatnya. Kebaikan itu dengan kebaikan dan keburukan itu
dengan keburukan!.
“…Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”(Ibrahim:25).
Perumpamaan-
perumpamaan memiliki bukti yang nyata di bumi ini. Tetapi, manusia seringkali
melupakan dalam hiruk-pikuknya kehidupan ini. Ada beberapa wajah dalam
baying-bayang pohon itu yang kokoh yang digunakan oleh ta’bir “ungkapan
ayat” untuk menggambarka makna “tetap (kokoh)”. Kemudian pohon itu di gambarkan
akarnya kokoh menghujam kebumi; cabangnya tinggi menjulang tinggi ke angkasa
sjauh pandangan mata, berdiri didepan m ata mewarikan kekuatan dan keteguhan.
Dalam
bayang-bayang pohon yang kokoh sebagi perumpamaan bagi kalimat yang baik, “ Allah
meneguhkan (iman) bagi orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat”. Dalam bayang-bayang pohon buruk yang
tercabut dengan akarnya di permukaan bumi sehingga tiada tegak dan kokoh
sedikitpun, dia menyesatka orang-orang yang dzalim, dengan demikian, menjadi
serasilah bayang-bayang ungkapan (ayat) dan seluruh makna yang ada dalam
konteksnya.
Allah
meneguhkan orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat denga
kalimat keimanan yang tetap dan mantap dalam bathin, kokoh dalam fitrah, dan
berbuah amal soleh yang selalu actual dalam kehidupan. Dia meneguhkan mereka
dengan kalimat-kalimat al-qur’an da kalimat-kalimat rasul, serta janjiNya
terhadap kebenaran dengan memberika pertolongan di dunia dan di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar