Senin, 07 April 2014

PERUMPAMAAN KALIMAT BAIK DAN BURUK


Dalam bayang-bayang kisah ini dengan seluruh episodenya dalam masalah tempat kembali umat yang baik dan golongan yang buruk, Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik dan kalimat yang buruk, untuk menggambarkan sunnah-Nya yang berlaku pada yang baik dan yang buruk dalam kehidupan ini. Sehingga, hal itu sebgai penutup (kata akhir) semacam komentar si penutur cerita atas kisah yang (dipentaskan) setelah di tutupnya layar.

Arab dan artinya,,,,,,
Sesunggunya pagelaran kalimat yang baik itu bagaikan pohonyang baik, akarnya kokoh (di bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit. Sedangkan, pagelaran kalimat yang buruk itu bagaikan pohon yang buruk, yang di cabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tiada dapat tegak sedikit pun. Itu adalah sebuah pagelaran yang diambil dari, (1) iklim (suasana) konteks ayat, (2) kisah para nabi dan orang yang pendusta, dan (3) secara (khusus) dari tempat kembali dari mereka. Pohon kenabian disini (dimana sosok Ibrahim-bapak para nabi-tampak jelas padanya) memberikan buahnya pada setiap musim, sebagai makanan yang lezat. Seorang nabi dari para nabi, yang membuahkan keimanan, kebajikan dan kehidupan bermakna.
Akan tetapi, perumpamaan itu (pascakeserasiannya dengan iklim surah dan suasana kisah) lebih jauh cakrawalanya dari sekedar keserasian ini, lebih jelas jangkaunya dan lebih dalam hakikatnya.
Sesunggunya kalimat yang baik itu (kalimat kokoh, tinggi dan berbuah). (1) kokoh tidak tergoyahkan oleh angin topan, tidak tertiup oleh angin kebathilan dan tidak mampu di dongkel oleh kedzaliman, meskipun terbayangkan oleh sementara orang bahwa pohon itu rawan terancam bahaya yang membinasakannya pada beberapa situasi. (2) tinggi  menjulang mampu mengintai dan menjangkau keburukan, kedzaliman dan kesewang-wenangan dari atas, meskipun terkadang terbayangkan oleh sementara orang bahwa kejahatan mempu mendesaknya ke ruang angkasa. (3) berbuah dengan tiada putus-putusnya, karena biji-bijinya tumbuh dalam jiwa yang semakin menadi banyak dari waktu ke waktu.
Sedangkan, kalimat yang buruk itu (kalimat kebathilan) seperti pohon yang buruk, yang terkadang kekeringan, brgoyang sana sini, dan berbengkok-bengkok tak karuan. Sebagia manusia menyangkah bahwa pohon itu leih besar dan lebih kuat dari pada pohon yang baik, padahal ia selalu kacau lagi rapuh dan biji-bijinya tertanam dangkal dalam tanah. Sehingga, ia seakan-akan tertanam di permukaan bumi. Pohon itu tiada lain kecuali kesemtaraan saja. Kemudian tercabut dengan akar-akarnya ke permukaan bumi, sehinga, tiada tegak dan tetap sedikitpun.
Hal itu bukanlah semata perumpamaan, dan bukan pula semata untuk menghibur  dan memotivasi orang-orang yang baik. Tetapi, itu adalah realita dalam kehidupan, meskipun mungkin pada beberapa kesempatan lamban terwujudnya.
Kebajikan yang orisinil tidak akan mati dan layu, betapapun keburukan mendesaknya dan jalan merintanginya. Demikian halnya, keburukan tidak hidup, kecuali tatkala bisa menghancurkan kebaikan yang mencampurinya. Sehingga, sedikit sekali keburukan yang murni. Tatkala keburukan bisa menghansurka kebaikan yang tercampurinya, maka tiadalah sedikitpun sekali di dalamnya dari kebaikan itu. Keburukan akan binasa dan hancur betapa besar dan kuatnya. Kebaikan itu dengan kebaikan dan keburukan itu dengan keburukan!.
…Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”(Ibrahim:25).
Perumpamaan- perumpamaan memiliki bukti yang nyata di bumi ini. Tetapi, manusia seringkali melupakan dalam hiruk-pikuknya kehidupan ini. Ada beberapa wajah dalam baying-bayang pohon itu yang kokoh yang digunakan oleh ta’bir “ungkapan ayat” untuk menggambarka makna “tetap (kokoh)”. Kemudian pohon itu di gambarkan akarnya kokoh menghujam kebumi; cabangnya tinggi menjulang tinggi ke angkasa sjauh pandangan mata, berdiri didepan m ata mewarikan kekuatan dan keteguhan.
Dalam bayang-bayang pohon yang kokoh sebagi perumpamaan bagi kalimat yang baik, “ Allah meneguhkan (iman) bagi orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. Dalam bayang-bayang pohon buruk yang tercabut dengan akarnya di permukaan bumi sehingga tiada tegak dan kokoh sedikitpun, dia menyesatka orang-orang yang dzalim, dengan demikian, menjadi serasilah bayang-bayang ungkapan (ayat) dan seluruh makna yang ada dalam konteksnya.

Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat denga kalimat keimanan yang tetap dan mantap dalam bathin, kokoh dalam fitrah, dan berbuah amal soleh yang selalu actual dalam kehidupan. Dia meneguhkan mereka dengan kalimat-kalimat al-qur’an da kalimat-kalimat rasul, serta janjiNya terhadap kebenaran dengan memberika pertolongan di dunia dan di akhirat.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar