Senin, 15 Juli 2013

LAPORAN PENELITIAN REGENERASI ANAK NELAYAN

1.      PENDAHULUAN
Setiap anak pasti memiliki cita-cita, ingin menjadi apa ketika mereka besar nanti. Mereka memiliki kesempatan untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Disini peran orang tua sangat penting dalam pengarahan cita-cita dan juga pencapaian cita-cita anak mereka. Anak-anak yang hidup di pesisir pantai pun memiliki pemikiran tentang “mau jadi apa aku nanti?”.
Kebanyakan anak-anak nelayan memiliki hubungan yang erat dengan laut. Karena laut sebagai taman bermain mereka. Mereka tentu telah banyak memikirkan tentang laut mereka. Laut tempat mereka tumbuh dan besar. Dimana mereka sering membantu orang tua mereka yang seorang nelayan.
 Pendidikan anak-anak nelayan yang dulu rendah dan arah pendidikan kebanyakan untuk meneruskan pekerjaan orang tua mereka yaitu nelayan saat ini telah banyak berubah. Dengan pendidikan yang mereka alami dan mereka peroleh apa yang ingin mereka lakukan nantinya. Regenerasi anak-anak nelayan merupakan pembahasan utama dalam laporan penelitian ini. Pasti orang tua mereka ingin anak-anaknya lebih baik dari pada dirinya.

2.      Masalah Penelitian
Dari penjelasan pada pendahuluan diatas maka dapat kami simpulkan beberapa masalah, diantaranya :
a.       Bagaimana keadaan regenerasi anak-anak nelayan?
b.      Kemana para nelayan mengarahkan Pendidikan anak-anak mereka?
c.       Bagaimana pemikiran dan tindakan anak-anak nelayan tentang masa depan?
d.      Bagaimana pemikiran dan tindakan para nelayan tentang masa depan anak mereka?
Penelitian ini melihat perkembangan dan pemikiran seorang anak dalam pencapaian tujuan dan cita-citanya, sehingga penting sekali sebagai pembelajaran untuk memahami dan bertindak kepada anak. Di zaman informasi seperti sekerang ini telah merubah segala sendi kehidupan, tak terkecuali tentang pemikiran setiap orang. Anak nelayan dulu hanya berfikir tentang membantu orang tua dengan bekerja tanpa memikirkan pendidikan yang baik. Mereka kebanyakan yang anak laki-laki ikut bersama ayahnya berlayar untuk mencari ikan. Studi yang dilakuakan Kasim (1985;109-115) mengunkapkan, bahwa banyak anak laki-laki usia sekolah yang terlibat intensif mencari nafkah untuk membantu orang tuanya dengan bekerja sebagai nelayan buruh.[1] Mereka telah terdidik untuk bekerja dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Setelah seharian mencari uang tambahan, mereka pada malam harinya belajar mengaji. Orang tua mereka mengarahkan mereka kepada pendidikan keagamaan, sehingga pendidikan umum tidak begitu diperhatikan.
Berbeda dengan keadaan saat ini karena pengaruh globalisasi anak nelayan telah berkembang menjadi individu yang berpendidikan. Mereka kebanyakan tidak lagi orang tua mereka berlayar ataupun menjadi nelayan buruh. Mereka berusaha mendpatkan pendidikan setinggi-tingginya. Mereka bersekolah sampai tingkat sarjana bahkan ada yang sampai tingkat S2. Mereka lebih berfikir maju karena mereka telah banyak mendapatkan informasi tentang pentingnya pendidikan juga karena adanya internet. Mereka berfikir tentang masa depan mereka, untuk mencapai apa yang dicita-citakan maka mereka harus menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Sehingga mereka memiliki harapan yang lebih besar untuk dapat mencapai tujuannya. Apalagi dengan adanya dukungan dari orang tua mereka, yang pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Dengan pemikiran masyarakat yang seperti dijelaskan diatas akan tercipta masyarakat yang maju. Dengan pendidikan dan keyakinan maka Anak-anak nelayan akan menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki cita-cita luhur.
3.      TUJUAN PENELITIAN
Dari penjabaran pada permasalahan diatas dapat kita temukan tujuan penelitian yaitu:
a.       Untuk memahami keadaan regenerasi anak-anak nelayan
b.      Untuk mengetahui pengarahan pendidikan anak-anak nelayan
c.       Untuk memahami pemikiran dan tindakan anak nelayan tentang masa depan mereka
d.      Untuk memahami pemikiran dan tindakan nelayan tentang masa depan anak-anak mereka
4.      Tinjauan Pustaka
a.       Pendidikan
Menurut John Dewey “Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia”. sedangkan Menurut K.H. Dewantara “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek) dan jasmani anak”. Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia, dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut “Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan kepada kecerdasan pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal, meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia dimana hidup”[2]
 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan ialah : usahamanusia secara sadar bertujuan mengembangkan jasmani dan rohani anak didik sampai tujuan yang dicita-citakan oleh Pendidikan, hal ini mengandung arti bahwaPendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yangperlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yangdiinginkan. Disisi lain pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, ia merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi untuk mempertahankan eksistensi ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan atau bimbingan itu harus dapat merealisasikan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak didik yang bersifat menumbuhkan serta mengembangkan baik jasmani maupun rohani.
b.      Harapan
“Harapan” merupakan kata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu Psikologi sendiri, keberadaan harapan sebagai sebuah konstruk dipelopori pada tahun 1969 oleh Ezra Stotland. Menurut Stotland (1969) harapan adalah penantian akan pencapaian tujuan di masa depan yang dimediasi oleh pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong individu melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Snyder (1994), harapan adalah keseluruhan daya kehendak (willpower/agency) dan strategi (waypower/pathway) yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran (goal). Bila seseorang tidak memiliki ketiga komponen tersebut, hal itu tidak bisa disebut sebagai harapan. Farran, Herth, dan Popovich (1995) menyimpulkan bahwa harapan terbentuk dari pengalaman hidup yang menekan, bergantung pada spiritualitas, dan pada saat yang bersamaan mempertahankan pemikiran rasional untuk menghadapi keadaan. Dari berbagai pengertian tentang harapan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa harapan adalah keseluruhan daya kehendak dan strategi yang terbentuk dari pengalaman, serta digunakan oleh individu untuk mencapai sasaran di masa depan.
Menurut Snyder (1994) harapan terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah sasaran (goal). Sasaran merupakan setiap obyek, pengalaman, atau hasil yang dibayangkan dan diinginkan individu dalam benaknya. Sasaran dapat berbentuk kongkrit atau abstrak, dan bersifat jangka panjang atau pendek, namun yang pasti sasaran tersebut harus merupakan sesuatu yang penting untuk dicapai. Sasaran juga harus mungkin untuk dicapai, bukan sesuatu yang pasti atau mustahil dicapai. Penantian akan pencapaian sasaran dan pentingnya sasaran adalah penentu keberadaan motivasi. Semakin besar penantian dan semakin penting
sasaran bagi seseorang, maka usaha mencapai sasaran juga semakin besar. Jika sasaran dinilai penting namun individu memandang kecil kemungkinan untukmencapainya, kecemasan (anxiety) akan dirasakan (Raleigh, 2000).
Komponen kedua dari harapan adalah daya kehendak (willpower/agency). Daya kehendak merupakan kekuatan pendorong dalam berharap. Daya kehendak adalah sumber tekad dan komitmen yang mendorong individu untuk mencapai sasaran (Snyder, 1994). Snyder dkk (2002) menyatakan bahwa daya kehendak bersifat self –referential, yaitu individu memiliki pemikiran bahwa dirinya sendirilah yang memulai dan terus bergerak untuk mencapai sasarannya.  Komponen ketiga adalah strategi (waypower/pathway). Strategi merefleksikan rencana atau jalan yang menuntun pada pencapaian harapan.
Harapan merupakan sesuatu yang berkembang sepanjang hidup manusia. Pengharapan (hopefulness) terbentuk seiring munculnya pemikiran anak tentang tujuan mereka di masa depan, dibangun seiring mereka memahami hubunganhubungan dengan stimulus di luar diri mereka.[3]
5.      METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini kami menggunakan metode penelitian Kualitatif  yang datanya tidak berbentuk angka, lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis). Dan dengan adanya Organisasi data yang sistematis peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian
6.      Kerjasama Dengan Institusi Lain
Dalam penelitian ini pihak-pihak yang kami ajak kerjasama antara lain:
a.       Kelurahan Bulak Cupat
b.      Lurah Nambangan : memberikan informasi akan adanya organisasi SNI yang beranggotakan anak-anak nelayan, dan juga menunjukkan alamat dan nama koordinator SNI cabang Surabaya.
c.       Pak Nasrullah : pemilik rumah tempat Mas Hatta tinggal (bisa juga disebut base cam SNI) memberikan informasi tentang garis besar keadaan nelayan disana.
d.      Mas Hatta : Koordinator SNI cabang Surabaya, memberikan banyak informasi tentang keadaan anak nelayan disana

7.      PELAKSANAAN
Tgl


15/03/2011
Persiapan
sehari sebelum terjun ke lapangan kami mengadakan rapat untuk membahas tempat kami akan observasi dan mempersiapkan pertanyaan untuk penelitian ini
16/03/2011
Pelaksanaan penelitian
Kami   melakukan observasi ini pada hari rabu tepatnya tanggal 16 maret 2011, sekitar jam 08.00 pagi hingga jam 12.00 siang. Adapun informan pertama yang kami tuju adalah salah satu pegawai kecamatan namun sedikit sekali informasi yang kami dapatkan. Lalu kami memutuskan untuk mencari informasi tentang anak nelayan di kelurahan nambangan disana kami diarahkan untuk menemui Mas Hatta, dia adalah anak nelayan yang juga aktifis SNI (serikat nelayan Indonesia). Setelah itu kami pun mulai menanyakan ke warga sekitar dimana rumah Mas Hatta. Setelah kami menemukan rumahnya, awalnya kami disana ditemui oleh Pak Nasrullah dan kami pun menjelaskan maksud keatangan kami. Dan beliaupun mempersilahkan kami duduk dan beliau juga menceritakan secara garis besar keadaan nelayan di sana. Setelah beberapa saat berbincang-bincang dengan Pak Nasrullah mas Hatta pun keluar yang tadi dia masih mandi. Setelah itu Pak Nasrullah pergi dan kami pun memulai wawancarai Mas Hatta.
17/03/2011 s.d 19/06/2011
Penggalian informasi tambahan
Setelah kemarin selesai mewawancarai Mas Hatta tak lupa kami meminta nomer Hpnya. Jika kami membutuhkan tambahan informasi kami akan menelfon atau SMS ke Mas Hatta
20/06/2011
Persiapan penyusunan laporan
Kami  sekitar jam 9-11 mengadakan diskusi membahas kerangka laporan yang akan disusun, dan membagi tugas.
21-25 /juni/2011
Penyusunan Laporan
Setelah kami sehari sebelumnya kami membahas kerangka kami memulai
Selama 1 bulan sampai 2 bulan vakum dalam penyusunan laporan karena rincian/ lembaran penyusunan tugas yang belum kami peroleh.
8.      PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB

Nama
Peranan
Tanggng Jawab
1
Muhammad Amiruddin
Koordinator
Observasi lapangan, kajian teoritis
2
Muhammad Dimas
Anggota
Observasi lapangan, kajian teoritis
3
Rafadi
Anggota
Observasi lapangan, interview
4
Anggi Nur A
Anggota
Observasi lapangan, interview


Literatur/Daftar Pustaka:
Kusnadi, Nelayan strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, Bandung:Humaniora Utama press, 2000
http://www.scribd.com/doc/50577384/17/Tingkat-Pendidikan-Formal-Orang-Tua 25/06/2011



[1] Kusnadi, Nelayan (strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial), Bandung:Humaniora Utama press, 2000 hlm. 195
[2] ://www.scribd.com/doc/50577384/17/Tingkat-Pendidikan-Formal-Orang-Tua 25/06/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar