1.
PENDAHULUAN
Setiap anak pasti memiliki cita-cita, ingin menjadi apa ketika
mereka besar nanti. Mereka memiliki kesempatan untuk menjadi apa yang mereka
inginkan. Disini peran orang tua sangat penting dalam pengarahan cita-cita dan
juga pencapaian cita-cita anak mereka. Anak-anak yang hidup di pesisir pantai
pun memiliki pemikiran tentang “mau jadi apa aku nanti?”.
Kebanyakan anak-anak nelayan memiliki hubungan yang erat dengan
laut. Karena laut sebagai taman bermain mereka. Mereka tentu telah banyak
memikirkan tentang laut mereka. Laut tempat mereka tumbuh dan besar. Dimana
mereka sering membantu orang tua mereka yang seorang nelayan.
Pendidikan anak-anak nelayan
yang dulu rendah dan arah pendidikan kebanyakan untuk meneruskan pekerjaan
orang tua mereka yaitu nelayan saat ini telah banyak berubah. Dengan pendidikan
yang mereka alami dan mereka peroleh apa yang ingin mereka lakukan nantinya. Regenerasi
anak-anak nelayan merupakan pembahasan utama dalam laporan penelitian ini. Pasti
orang tua mereka ingin anak-anaknya lebih baik dari pada dirinya.
2.
Masalah
Penelitian
Dari penjelasan pada pendahuluan diatas maka dapat kami simpulkan
beberapa masalah, diantaranya :
a.
Bagaimana
keadaan regenerasi anak-anak nelayan?
b.
Kemana para
nelayan mengarahkan Pendidikan anak-anak mereka?
c.
Bagaimana
pemikiran dan tindakan anak-anak nelayan tentang masa depan?
d.
Bagaimana
pemikiran dan tindakan para nelayan tentang masa depan anak mereka?
Penelitian ini melihat perkembangan dan pemikiran seorang anak dalam
pencapaian tujuan dan cita-citanya, sehingga penting sekali sebagai
pembelajaran untuk memahami dan bertindak kepada anak. Di zaman informasi
seperti sekerang ini telah merubah segala sendi kehidupan, tak terkecuali
tentang pemikiran setiap orang. Anak nelayan dulu hanya berfikir tentang
membantu orang tua dengan bekerja tanpa memikirkan pendidikan yang baik. Mereka
kebanyakan yang anak laki-laki ikut bersama ayahnya berlayar untuk mencari
ikan. Studi yang dilakuakan Kasim (1985;109-115) mengunkapkan, bahwa banyak
anak laki-laki usia sekolah yang terlibat intensif mencari nafkah untuk
membantu orang tuanya dengan bekerja sebagai nelayan buruh.[1]
Mereka telah terdidik untuk bekerja dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Setelah
seharian mencari uang tambahan, mereka pada malam harinya belajar mengaji. Orang
tua mereka mengarahkan mereka kepada pendidikan keagamaan, sehingga pendidikan
umum tidak begitu diperhatikan.
Berbeda dengan keadaan saat ini karena pengaruh globalisasi anak
nelayan telah berkembang menjadi individu yang berpendidikan. Mereka kebanyakan
tidak lagi orang tua mereka berlayar ataupun menjadi nelayan buruh. Mereka
berusaha mendpatkan pendidikan setinggi-tingginya. Mereka bersekolah sampai
tingkat sarjana bahkan ada yang sampai tingkat S2. Mereka lebih berfikir maju
karena mereka telah banyak mendapatkan informasi tentang pentingnya pendidikan
juga karena adanya internet. Mereka berfikir tentang masa depan mereka, untuk
mencapai apa yang dicita-citakan maka mereka harus menempuh pendidikan yang
lebih tinggi. Sehingga mereka memiliki harapan yang lebih besar untuk dapat
mencapai tujuannya. Apalagi dengan adanya dukungan dari orang tua mereka, yang
pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Dengan pemikiran masyarakat yang seperti dijelaskan diatas akan
tercipta masyarakat yang maju. Dengan pendidikan dan keyakinan maka Anak-anak
nelayan akan menjadi generasi penerus bangsa yang memiliki cita-cita luhur.
3.
TUJUAN
PENELITIAN
Dari penjabaran pada permasalahan diatas dapat kita temukan tujuan
penelitian yaitu:
a.
Untuk memahami
keadaan regenerasi anak-anak nelayan
b.
Untuk
mengetahui pengarahan pendidikan anak-anak nelayan
c.
Untuk memahami
pemikiran dan tindakan anak nelayan tentang masa depan mereka
d.
Untuk memahami
pemikiran dan tindakan nelayan tentang masa depan anak-anak mereka
4.
Tinjauan
Pustaka
a.
Pendidikan
Menurut John Dewey “Pendidikan adalah proses pembentukan
kecakapan-kecakapan yang fundamental secara intelektual dan emosional ke arah
alam dan sesama manusia”. sedangkan Menurut K.H. Dewantara “Pendidikan adalah
daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran
(intelek) dan jasmani anak”. Dalam Ensiklopedia Pendidikan Indonesia,
dijelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut “Pendidikan adalah
proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan kepada kecerdasan
pengetahuan. Dalam artian, pendidikan baik yang formal maupun informal,
meliputi segala yang memperluas segala pengetahuan manusia tentang dirinya
sendiri dan tentang dunia dimana hidup”[2]
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan ialah : usahamanusia secara sadar bertujuan mengembangkan
jasmani dan rohani anak didik sampai tujuan yang dicita-citakan oleh
Pendidikan, hal ini mengandung arti bahwaPendidikan merupakan suatu proses yang
kontinyu. Ia merupakan pengulangan yangperlahan tetapi pasti dan terus-menerus
sehingga sampai pada bentuk yangdiinginkan. Disisi lain pendidikan sangat
penting bagi kehidupan manusia, ia merupakan kebutuhan mutlak harus dipenuhi
untuk mempertahankan eksistensi ummat manusia atau juga dapat dikatakan bahwa
pendidikan adalah tuntunan atau bimbingan itu harus dapat merealisasikan
potensi-potensi yang dimiliki oleh anak didik yang bersifat menumbuhkan serta
mengembangkan baik jasmani maupun rohani.
b.
Harapan
“Harapan” merupakan kata yang dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam ilmu Psikologi sendiri, keberadaan harapan sebagai sebuah
konstruk dipelopori pada tahun 1969 oleh Ezra Stotland. Menurut Stotland (1969)
harapan adalah penantian akan pencapaian tujuan di masa depan yang dimediasi
oleh pentingnya tujuan tersebut bagi individu dan mendorong individu melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan. Menurut Snyder (1994), harapan adalah
keseluruhan daya kehendak (willpower/agency) dan strategi (waypower/pathway)
yang dimiliki individu untuk mencapai sasaran (goal). Bila seseorang
tidak memiliki ketiga komponen tersebut, hal itu tidak bisa disebut sebagai
harapan. Farran, Herth, dan Popovich (1995) menyimpulkan bahwa harapan
terbentuk dari pengalaman hidup yang menekan, bergantung pada spiritualitas,
dan pada saat yang bersamaan mempertahankan pemikiran rasional untuk menghadapi
keadaan. Dari berbagai pengertian tentang harapan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa harapan adalah keseluruhan daya kehendak dan strategi yang
terbentuk dari pengalaman, serta digunakan oleh individu untuk mencapai sasaran
di masa depan.
Menurut Snyder (1994) harapan terdiri dari 3
komponen. Komponen pertama adalah sasaran (goal). Sasaran merupakan
setiap obyek, pengalaman, atau hasil yang dibayangkan dan diinginkan individu
dalam benaknya. Sasaran dapat berbentuk kongkrit atau abstrak, dan bersifat
jangka panjang atau pendek, namun yang pasti sasaran tersebut harus merupakan
sesuatu yang penting untuk dicapai. Sasaran juga harus mungkin untuk dicapai,
bukan sesuatu yang pasti atau mustahil dicapai. Penantian akan pencapaian
sasaran dan pentingnya sasaran adalah penentu keberadaan motivasi. Semakin
besar penantian dan semakin penting
sasaran
bagi seseorang, maka usaha mencapai sasaran juga semakin besar. Jika sasaran
dinilai penting namun individu memandang kecil kemungkinan untukmencapainya,
kecemasan (anxiety) akan dirasakan (Raleigh, 2000).
Komponen kedua dari harapan adalah daya kehendak (willpower/agency).
Daya kehendak merupakan kekuatan pendorong dalam berharap. Daya kehendak adalah
sumber tekad dan komitmen yang mendorong individu untuk mencapai sasaran
(Snyder, 1994). Snyder dkk (2002) menyatakan bahwa daya kehendak bersifat self
–referential, yaitu individu memiliki pemikiran bahwa dirinya sendirilah
yang memulai dan terus bergerak untuk mencapai sasarannya. Komponen ketiga adalah strategi (waypower/pathway).
Strategi merefleksikan rencana atau jalan yang menuntun pada pencapaian harapan.
Harapan merupakan
sesuatu yang berkembang sepanjang hidup manusia. Pengharapan (hopefulness)
terbentuk seiring munculnya pemikiran anak tentang tujuan mereka di masa depan,
dibangun seiring mereka memahami hubunganhubungan dengan stimulus di luar diri
mereka.[3]
5.
METODE
PENELITIAN
Dalam penelitian ini kami menggunakan metode penelitian Kualitatif yang datanya tidak berbentuk angka, lebih
banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis).
Dan dengan adanya Organisasi data
yang sistematis peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan
analisis yang dilakukan, menyimpan data dan analisis yang berkaitan dengan
penyelesaian penelitian
6.
Kerjasama
Dengan Institusi Lain
Dalam
penelitian ini pihak-pihak yang kami ajak kerjasama antara lain:
a.
Kelurahan Bulak
Cupat
b.
Lurah Nambangan
: memberikan informasi akan adanya organisasi SNI yang beranggotakan anak-anak
nelayan, dan juga menunjukkan alamat dan nama koordinator SNI cabang Surabaya.
c.
Pak Nasrullah :
pemilik rumah tempat Mas Hatta tinggal (bisa juga disebut base cam SNI)
memberikan informasi tentang garis besar keadaan nelayan disana.
d.
Mas Hatta :
Koordinator SNI cabang Surabaya, memberikan banyak informasi tentang keadaan
anak nelayan disana
7.
PELAKSANAAN
Tgl
|
|
|
15/03/2011
|
Persiapan
|
sehari
sebelum terjun ke lapangan kami mengadakan rapat untuk membahas tempat kami
akan observasi dan mempersiapkan pertanyaan untuk penelitian ini
|
16/03/2011
|
Pelaksanaan
penelitian
|
Kami melakukan observasi ini pada hari rabu
tepatnya tanggal 16 maret 2011, sekitar jam 08.00 pagi hingga jam 12.00
siang. Adapun informan pertama yang kami tuju adalah salah satu pegawai
kecamatan namun sedikit sekali informasi yang kami dapatkan. Lalu kami memutuskan
untuk mencari informasi tentang anak nelayan di kelurahan nambangan disana kami
diarahkan untuk menemui Mas Hatta, dia adalah anak nelayan yang juga aktifis
SNI (serikat nelayan Indonesia). Setelah itu kami pun mulai menanyakan ke
warga sekitar dimana rumah Mas Hatta. Setelah kami menemukan rumahnya,
awalnya kami disana ditemui oleh Pak Nasrullah dan kami pun menjelaskan
maksud keatangan kami. Dan beliaupun mempersilahkan kami duduk dan beliau
juga menceritakan secara garis besar keadaan nelayan di sana. Setelah
beberapa saat berbincang-bincang dengan Pak Nasrullah mas Hatta pun keluar
yang tadi dia masih mandi. Setelah itu Pak Nasrullah pergi dan kami pun
memulai wawancarai Mas Hatta.
|
17/03/2011
s.d 19/06/2011
|
Penggalian
informasi tambahan
|
Setelah
kemarin selesai mewawancarai Mas Hatta tak lupa kami meminta nomer Hpnya. Jika
kami membutuhkan tambahan informasi kami akan menelfon atau SMS ke Mas Hatta
|
20/06/2011
|
Persiapan penyusunan laporan
|
Kami sekitar jam 9-11
mengadakan diskusi membahas kerangka laporan yang akan disusun, dan membagi
tugas.
|
21-25
/juni/2011
|
Penyusunan
Laporan
|
Setelah kami
sehari sebelumnya kami membahas kerangka kami memulai
|
Selama 1 bulan sampai 2 bulan vakum
dalam penyusunan laporan karena rincian/ lembaran penyusunan tugas yang belum
kami peroleh.
8.
PERANAN DAN
TANGGUNG JAWAB
|
Nama
|
Peranan
|
Tanggng Jawab
|
1
|
Muhammad Amiruddin
|
Koordinator
|
Observasi lapangan, kajian teoritis
|
2
|
Muhammad Dimas
|
Anggota
|
Observasi lapangan, kajian teoritis
|
3
|
Rafadi
|
Anggota
|
Observasi lapangan, interview
|
4
|
Anggi Nur A
|
Anggota
|
Observasi lapangan, interview
|
Literatur/Daftar Pustaka:
Kusnadi, Nelayan strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial, Bandung:Humaniora
Utama press, 2000
http://www.scribd.com/doc/50577384/17/Tingkat-Pendidikan-Formal-Orang-Tua
25/06/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar